MAKALAH
AUGUSTE COMTE dan EMILLE DURKHEIM
Dosen : Dr. Desvian Bandarsyah M. Pd
Asisten
Dosen : Okta Evitasari, S.Pd
KELOMPOK
1
Rifaatul
Puadah (1501075026)
Alma
Hanafiah (1501075002)
Syafitri (1501075029)
M.
Iqbal Wiguna (1501075016)
Firman
Ferdiantara (1001085009)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Konsep Pemikiran Emile Durkhiem dan
August Comte”. Dan kami juga berterima kasih kepada bapak Dr. Desvian
Bandarsyah M.Pd selaku dosen mata kuliah
ilmu pengantar social.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
kita tentang filsafat-filsafat. Kami juga nmenyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kta sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami
buat dimasa yang akan datang.
Semoga
makalah ini, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
minta maaf apabila terdapat kesalahan lkata-kata yang kuranmg berkenna dan kami
mohpon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ..ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG………………………………………………1
1.2 RUMUSAN
MASALAH…………………………………………...2
1.3 TUJUAN…………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
RIWAYAT DAN PEMIKIRAN AUGUST COMTE
A. RIWAYAT AUGUST COMTE…………….………………..3-4
B. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN AUGUSTE COMTE………….4-10
2.2
RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE DURKHIEM
A. RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE
DURKHIEM ……11-13
B. TEORI BUNUH DIRI
………………………………………14-15
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN………………………………………………….16
3.2 SARAN………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mempelajari sosiologi tidak akan
terlepas dari tokoh utama sekaligus pencetus sosiologi yaitu Auguste Comte,
seorang filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka dari kota Montpellier, Perancis
Selatan. Auguste Comte telah banyak menyumbangkan pemikiran-pemikirannya
terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Secara kreatif beliau menyusun sintesa
yang bertentangan dari pikiran yang sudah dikembangkan oleh orang lain.
Pemikiran yang dia hasilkan yaitu salah satunya teori positivisme yang
menggunakan metode ilmiah dan diaplikasikannya dalam ilmu sosial yaitu dalam
ilmu kemasayarakatan sehingga lahirlah sosiologi. Demikian Durkheim dianggap
sebagai “bapak” sosiologi modern, karena usaha-usahanya menjadikan sosiologi
sebagai sebuah disiplin ilmu yang baru. Ia percaya bahwa masyarakat dapat
dipelajari secara ilmiah. Ia menolak pendekatan individual dalam memahami
fenomena dalam masyarakat dan lebih memilih pendekatan secara sosial. Oleh
karena itu ia juga berusaha memperbaiki metoda berpikir sosiologis yang tidak
hanya berdasarkan pada pemikiran-pemikiran logika filosofi tetapi
sosiologi. Menurut Durkheim, masyarakat
dibentuk oleh “fakta sosial” yang melampaui pemahaman intuitif kita dan mesti
diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut adalah inti dari
sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering Dianggap sebagai “bapak” sosiologi
(Gouldner, 1958).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana riwayat Auguste Comte
dan pemikiran-pemikirannya?
2. Bagaimana
pemikiran Auguste Comte mengenai agama humanitas?
3. Bagaimana
implementasi pemikiran Comte dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 TUJUAN
a. Memenuhi tugas mata kuliah ilmu pengetahuan
sosial
b. Mengetahui biografi august comte dan emile
durkhiem
c. Mengetahui teori
pemikiran-pemikiran august comte dan emile durkhiem
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Auguste Comte dan Pemikiran Auguste Comte
A. Riwayat
Auguste Comte
Sosiologi pada awalnya tumbuh dari gejolak sosial
yang terjadi pada revolusi Perancis yang dikemukakan oleh Auguste Comte.
Auguste Comte lahir pada (1798-1857) di Kota Monpellier di Perancis Selatan,
Kedua orang tuanya adalah pegawai kerajaan dan penganut Agama Katholik yang
shaleh. Pada usia 16 tahun Comte pindah ke Paris masuk ke sekolah politeknik
studi keinsinyuran. Selama menjalani pendidikan, Comte tidak saja menunjukkan
sebagai seorang yang berpikiran bebas, akan tetapi juga seorang yang memiliki
keistimewaan untuk tidak mau dibawah orang lain. Dia sangat kritis terhadap
mahagurunya, dia sering mengajukan petisi apabila melakukan kesalahan. Sikapnya
yang demikian dikeluarkan dari sekolah dan kembali ke kota asalnya Monpellier,
sekalipun di tidak betah lama disana dan kembali ke Paris. Dua tahun setelah
kembali ke Paris dia bertemu dengan Saint Simon yang kelak memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap dirinya. Ketika dalam perjalanan hidupnya dia
berdebat setelah menyelesaikan monograf berjudul The Secientific Lobors
Necessary for The Reorganisazion of Society pada tahun 1822 dan diterbitkan
ulang pada 1824 dengan judul
yang berbeda, pada saat diterbitkan Comte
menuduh Saint Simon mencuri ide-idenya. Setelah Saint Simon meninggal, karya
Comte terbesar adalah A courese of Positive Phylosophy.
B. Pemikiran-pemikiran
Auguste Comte
Auguste Comte dibesarkan dalam
tahun-tahun setelh revolusi Perancis dan jelas-jelas dipengaruhi oleh
radikalisme dan keresahan masa itu. Sumber lain yang menjadi latar belakang
pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Prancis pada abad
ke-18, yaitu paham ensiklopedis meskipun dia kelak keluar dari aliran ini.
Latar belakang lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli theokratik
terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Serta latar belakang pemikiran
Comte yang terakhir adalah aliran sosialistik yang terutama diprakarsai Saint
Simon, Comte disatu pihak akan membangun ilmu pengetahuan sosial, dan dipihak
lain akan membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
secientific. akibat dari latar belakang di atas Comte membagi sosiologi menjadi
dua bagian yaitu social statis dan social dinamis. Sosial statis di sisni
adalah sebagai suatu tentang hokum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian
dari suatu sistem sosial. Pada dasarnya sosial statis merupakan hasil suatu
pertumbuhan.
Comte berpendapat yang terpenting dari sosiologi
adalah sosial dinamis yaitu teori yang menyatakan perkembangan dan kemajuan
masyarakat manusia yang menghilangkan studi tentang sejarah filsafat yang
spekulatif.
Namun pembagian tersebut bukan berarti memisahkan
satu dengan yang lainnya dimana sosial statis menghasilkan pendekatan yang
elementer, akan tetapi itu semua tidak akan terjadi tanpa memahami itu sebagai
hasil suatu perkembangan (sosial dinamis).
a. Social Media
1.
Hukum tiga tahap
Hukum ini adalah hukum
perkembangan intelegensi manusia. Hukum ini membagi masyarakat membagi
dalam tiga tahapan yaitu teologis, metafisis, dan ilmiah (positivisme) dan di
dalam tahapan ini masing-masing terdapat bagian sub ordinari yang pertama
teologis dibagi menjadi tiga yaitu fetishism, polytheism, dan monoteism. Ketiga
tingkatan ini merupakan dasar teori yang dikembangkan oleh Auguste Comte.
2. Hukum
hirarki ilmu
Hukum kedua dari sosial dinamis
adalah hierarki dari ilmu pengetahuan dimana dalam pemikiran ini tidak selalu
bersifat positive, seringkali masih ada pemikiran teologis.
3. Hukum
korelasi kegiatan praktis
Comte mengemukakan ada hubungan
yang bersifat natural antara cara berfikir teologis dan militerisme. Menurut
pemikirannnya teologis mendorong timbulnay usaha untuk menjawab semua persoalan
melalui kekuatan.
4. Hukum
korelasi perasaan
Dalam hukum ini masyarakat hanya
dipersatukan oleh feeling (perasaan), korelasinya antara perkembangan pemikiran
manusia dengan perkembangan daripada perkembangan sosial sentiment. Dalam
tahapan ini hanya terabatas dalam suatu masyarakat local atau suatu city state.
Sosial sentiment berkembang secara meluas seiring dengan perkembangan agama
Kristen.
b. Social Statis
Dalam hal ini, Comte bermaksud
mengenai teori tertib dasar masyarakat. Sebagaimana disebut diatas membagi
Sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama, sekalipun
sosial statis merupakan bagian yang lebih elementer dalam sosiologi. Tetapi
kedudukannya tidak begitu penting disbanding dengan sosial dinamis. Fungsi
sosial statis untuk mencari hukum-hukum dari bagian didalam suatu sistem
sosial.
1. Doktrin
Individu
Individu adalah cerminan dari
suatu masyarakat. Jadi jika kita menghilangkna dari sesuatu individu sama saja
kita menghilangkannya dari masyarakat.
2. Doktrin
Keluarga
Keluarga adalah unit masyarakat
yang sebenarnya, keluarga terbentuk melalui insting dan daya tarik alamiah
natural affection.
3. Doktrin
Masyarakat
Keluarga menurut Comte bukanlah
masyarakat namun masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas yang terdiri
dari sejumlah esa keluarga.
4.
Doktrin Negara
Comte menganggap bahwa negara dan
masyarakat itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurutnya negara adalah bentuk
khusus dari asosiasi atau organisasai sosial.
Dari semua
pembahasan tadi dapat ditarik bahwa sosiologi bersumber dari filsafat positif
terutama perkembangan pengetahuan manusia sehubung dengan perkembangan
pemikirannya.
Comte
percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada
kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya tentang
Teori Tiga Tahap Perkembangan
Perkembangan
tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran
manusia yaitu:
a. Tahap
teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari
gejala-gejala.
b. Tahap
metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum
berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap positif,
merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah.
Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
B.
Pemikiran Auguste Comte mengenai agama
humanitas
Seiring dengan observasi yang
dilakukan oleh Comte dalam mencari jalan tengah dia selalu bersentuhan dengan
perang terus menerus dan individualitas pada zaman revolusi Perancis, hal itu
semakin menentukan arah pemikiran Comte. Pendobrakan dilakukan Comte terhadap
realitas sosial yang terus mencoba menghegemoni umat manusia pada zamannya
melalui institusi gereja, hal yang kudus dan ketabuan yang dibuat oleh manusia
(khususnya, pastur/pendeta/pemuka agama) mendapatkan kritik keras karena
menjajakan doktrin, dogma dan melakukan pembodohan yang berakibat, yang
kaya tetap kaya lalu yang miskin akan tetap miskin
Begitupun kesatuan organis terkecil di masyarakat,,
mempengaruhi Comte sebagai institusi yang dapat meradiasi pemikiran-pemikiran
yang berkembang dalam pembentukan sosial orde pada masyarakat luas. Comte mulai
merilis suatu pola dan bentuk penyebaran dari satu sosial orde yang sangat
mempengaruhi umat manusia dan kemudian menciptakan agama baru yang sesuai
dengan idealismenya yaitu berbentuk agama yang dapat dikatakan sekuler dan
lengkap bersama ritus, hari rayanya, pemuka agama serta lambangnya, yang
kemudian dinamakn agama humanitas. dimaksudkan untuk memberikan cinta yang
lebih terhadap manusia-manusia yang menghasilkan karya dalam sejarah
perkembangan manusia.
C. Implementasi
dalam kehidupan sehari-hari
Pemikiran-pemikiran yang
diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual.
Menurut Comte setiap ilmu memberikan sumbangan bagi
filsafat positif
a. Ilmu-ilmu
diatur sesuai dengan urutannya dalam memberikan sumbangan bagi positivisme: 1.
Matematika (arithmatika, geometri, mekanika), 2. Astronomi, 3. Fisika, 4.
Kimia, 5. Biologi, 6. Sosiologi, 7. Etika.
- Sosiologi adalah ilmu yang
lebih komplek dan bergantung pada ilmu-ilmu yang mendahului, khususnya
biologi dengan pengenalannya atas benda-benda organic.
- Psikologi, etika dan ekonomi
tidak dapat terpisah dari sosiologi.
Jadi bahwa positivisme itu sangat
membantu dalam proses keilmuan khususnya dalam bidang yang bersifat fisik,
(fakta) karena dengan positivisme ilmu dapat memiliki peranya dan menemui
keaktualan suatu ilmu, dan ilmu itu bersifat behavioral., operasional dan
kuantitatif
Contoh : metode positivisme
penggunakannya di dalam masysarakat sangat luas terutama untuk penelitian
sosial. Metode positivisme di masyarakat di kenal dengan metode survei.
Teologis
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya
denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi
Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
Metafisik
Contoh: sebagian masyarakat Indonesia sudah
menghilangkan kepercayaan akan hal-hal yang berbau mistis seperti
Positivis
Contoh: masyarakat sudah mulai berfikir rasional,
seperti semua mempercayai apabila ada faktanya.
2.1 RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE
DURKHIEM
A.
RIWAYAT EMILE DURKHIEM
Emile Durkheim lahir di Epinal, provinsi Lorraine, Perancis Timur pada 15 April 1858. Durkheim boleh disebut sebagai sosiologi
Perancis pertama yang sepanjang hidupnya menempuh jenjang ilmu sosiologi yang
paling akademis. Dialah yang juga memperbaiki metode berfikir sosiologis yang
tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi
akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar katanya apabila mengangkat gejala
sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.
Dia dilahirkan dalam keluarga agamis namun pada
usia belasan tahun minat terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Pada
usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya
gagal dalam ujian masuk. Di Universitas tersebut dia merupakan mahasiswa yang
serius dan kritis, kemudian pemikiran Durkeim dipengaruhi oleh dua orang
profesor di Universitasnya itu (Fustel De Coulanges dan Emile Boutroux).
Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887. Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) disamping prestasinya sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah di bidang akademik karena prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universitas Bourdeaux.
Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887. Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) disamping prestasinya sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah di bidang akademik karena prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universitas Bourdeaux.
Tahun 1893 Durkheim menerbitkan tesis
doktoralnya dalam bahasa perancis yaitu The Division of Labour in Society dan
tesisnya dalam bahasa Latin tentang Montesqouieu. Kemudian tahun 1895
menerbitkan buku keduanya yaitu The Rules of Sociological Method. Tahun 1896
diangkat menjadi professor penuh untuk pertama kalinya di Prancis dalam bidang
ilmu sosial. Tahun 1897 menerbitkan buku ketiganya yang berjudul Suicide
(Le-Suicide) dan mendirikan L’Anée Sociologique (jurnal ilmiah pertama tentang
Sosiologi). Tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne dan tahun 1906 dipromosikan
sebagai profesor penuh dalam ilmu pendidikan. Enam tahun keudian (1912)
menerbitkan karya keempatnya yaitu The Elementary Forms of Religious Life. Satu tahun setelahnya (1913) kedudukannya diubah menjadi professor ilmu
Pendidikan dan Sosiologi. Pada tahun ini Sosiologi resmi didirikan dalam
lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis.
Tahun 1915 Durkheim mendapat musibah, putranya
(Andre) cedera parah dan meninggal. Pada 15 November 1917 (pada usia 59 tahun)
Durkheim meninggal sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya
untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah dia mendirikan dasar
Sosiologi ilmiah.
1.
Teori
Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan
bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang
melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat
masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas
menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
1. Solidaritas mekanis
2. Solidaritas organik
Fakta Sosial (The Rule Of Sociological
Method)
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual
Durkheim
membedakan dua tipe ranah fakta sosial:
a. Fakta sosial Material
b. Fakta sosial Nonmaterial : Moralitas, Kesadaran
Kolektif,Reprentasi Kolektif, dan Arus Sosial
B. TEORI BUNUH DIRI
Durkheim
memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena
konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan
tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk
menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka
bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data
yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis
sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan
kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana
penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat
integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim
memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam
masyarakat:
a. Bunuh Diri
dalam Kesatuan Agama. Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa
angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan
penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan
kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para
penganutnya.
b. Bunuh Diri
dalam Kesatuan Keluarga. Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin
kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan
untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada
kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri
dalam Kesatuan Politik. Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan bahwa
di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik,
dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
Kemudian data tahun 1829-1848
disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau
pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan
politik. Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
1.
Bunuh Diri Egoistis.
2.
Bunuh Diri Altruistis.
3.
Bunuh Diri Anomic.
4.
Bunuh Diri Fatalistis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
August Comte
lahir di jaman revolusi perancis, dimaan aliran pikiranya dipengaruhi tidak
jauh ataupun tidak terlepas dari jamannya. Pemiki. Aliran pisitivisme yang
selama ini identik oleh sosok Comte, diman ia membagai masyarakat menjadi
tiga fase, dimaan tahap yaitu teologis, metafisis, dan positivism. Selain itu
ia juga membentuk aliran agama yang bersifat humanitas dimana dia lebih
mementingkan orang lain daripadi diri sendiri.
Emile Durkheim lahir di Epinal, provinsi Lorraine, Perancis Timur pada 15 April 1858. Durkheim boleh disebut sebagai sosiologi
Perancis pertama yang sepanjang hidupnya menempuh jenjang ilmu sosiologi yang
paling akademis. Dialah yang juga memperbaiki metode berfikir sosiologis yang
tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi
akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar.
3.2
SARAN
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari
informasi lebih banyak lagi agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang
pemikiran – pemikiran yang dikemukakan oleh August Comte dan Emile Durkhiem.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Doyle P Johnson. 1988. Teori
Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia
·
George Ritzer dan Douglas
J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana
·
Siahaan, Hotman M. 1986.
Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga
·
Damsar 1963. Pengantar Sosiologi
Politik . Jakarta : Kencana Prenada Media Group
·
Damsar . dan Indrayani .
Pengantar Sosiologi Ekonomi . Jakarta : Kencana Prenada Media Group
·
Supardan, Dadang. 2011. Pengantar
Ilmu Sosial . Jakarta : Bumi Akasara
·
Pranowo bambang. M. 2013.
Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Labolatorium Sosiologi Agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar