Laman

Minggu, 12 Juni 2016

Makalah Sejarah Indonesia Madya



Dinamika Masyarakat Islam Pesisir dan Pedalaman


Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Madya


Dosen Pengampu : Sulaeman S.Pd

https://pbs.twimg.com/media/BWSsWHKCEAAvhfm.jpg









Disusun Oleh :
Nirantika Karginna                                                     1301085017
Alma Hanafiah                                                            1501075002
M.Aulia Iskandar Muda                                             1501075015
Pradika Fajar                                                               1501075022
Rifaatul Puadah                                                          1501075026









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2016




KATA PENGANTAR

   Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan  rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun tidak lepas dari bantuan pihak lain, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penyusun  mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sejarah , mengingat kemampuan yang terbatas sudah tentu penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, guna untuk perbaikan tugas untuk masa yang akan datang.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb



Jakarta, 09 Maret 2016

                                                                                                                                                                                                                                    Penyusun




 




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan ...................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah .............................................................................. 3
C.     Tujuan ................................................................................................ 3
BAB II KAJIAN
A.        masyarakat pesisir dan pedalaman? ................................................. 4
B.       Ciri-ciri dan karakteristik masyarakat pesisir? .................................. 5
BAB III PEMBAHASAN
A.       Proses masuknya Islam di kawasan pesisir dan pedalaman di Indonesia            6
B.       Perkembangan masyarakat Islam di kawasan Selat Malaka dan Laut Jawa        8
C.       Perbedaan masyarakat Islam di kawasan Selat Malaka dan Laut Jawa              10
D.       Corak kehidupan masyarakat Islam di pesisir dalam aspek ritual keagamaan, budaya, dan sosial         13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Letak kepualauan Indonesia sangatlah Strategis. Sudah sejak zaman kuno kepulauan Nusantara kita ini merupakan tempat persilangan Jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan antara Timur dengan benua Barat. Oelh sebab itu jalur perdgangan melintas ke Tanah Air kita .[1]Pendapat para ahli yang pernah mengemukakan masalah kedatangan Islam di Indonesia masih berbeda-beda. Sebagaian ahli berpendapat bahwa kedatangan Islam pertama-tama ke Indonesia sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. dan sebagian lagi berpendapat bahwa islam baru datang pada abad ke 13 M terutama di Samudra Pasai. Terutama mendasarkan teorinya pada berita Cina dari zaman T-ang yang menyerang kerajaan Ho-ling dibawah pemerintahan Ratu Sima karena pemerintahan Ho-ling itu sangat keras. Diceritkan pula bahwa pada masa itu di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sesse dan Ta-shih K-ou. [2]
Pada abad ke 7 Masehi boleh dipandang sebagai abad permulaan kedatangan dan hubungan pedagang-pedagang muslim dengan sebagian kecil daerah dan bangsa Indonesia. Hal itu sesuai pula dengan hubungan pelayaran dan perdagangan dengan negeri-negeri di Benua Asia bagian timur dan Tenggara melalui beberapa tempat pelabuhan yang terletak di pesisir Selat Malaka yang justru pada abad ke 7-8 Masehi dibawah kekuasaan Sriwijaya. [3]Jalan Pelayaran dan perdagangan orang-orang Muslim melalui Selat Malaka dengan pusatnya ialah Samudra Pasai dan Malaka dilanjutkan ke pesisisr-pesisir kepulauan lainnya. Dengan adanya temuan sebuah nisan kubur dari Leran di Kabupaten Gersik yang memuat nama Fatimah Binti Maimun bin Hibat Allah, wafat tahun 475 H.
Kedatangan Islam di Pesisir-pesisir kepulauan Indonesia mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan karena itu pula maka peranan golongan pedagang pedagang muslim dari Arab,Persia,India dan lainlain. Para pedagang Muslim itu apabila datang di suatu tempat perdagangan mereka mungkin tidak segera kembali ke tempat asal dan untuk kembali membawa hasil bumi atau produksi yang tergantung pada musim, maka terpaksa mereka harus bertempat tinggal beberapa bulan. Pedagang-pedagang itu lambat laun berkumpul dalam suatu perkampungan tersendiri. Perkampungan semacam itu sering disebut pakojan yang berarti Perkampungan Kaum muslim yang berasal dari Persia India, Arab seperti terdapat pada bekas kota-kota Muslim di Banten, di Jakarta dan lain-lainnya.[4]
Antara kota-kota pesisir dan kota-kota pedalaman terdapat beberapa perbedaan. Kota-kota pesisir lebih bersifat maritim dan lebih menitikberatkan kehidupan ekonominya pada pelayaran dan perdagangan, sedang kota-kota  pedalaman lebih bersifat kontinetal dengan titik berat kehidupan ekonominya pada pertaniann(agraris). Apabila kehidupan politik kota-kota pesisir lebih didukung oleh kekuatan angkatan lautnya, maka kehidupan poltik kota-kota pedalaman lebih mengandalkan kekuatan angkatan daratnya.[5]









B.       Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan masyarakat pesisir dan pedalaman?
2.         Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik masyarakat pesisir dan pedalaman?
3.         Bagaimana proses masuknya Islam di kawasan pesisir dan pedalaman di Indonesia?
4.         Bagaiamana perkembangan masyarakat Islam di kawasan Selat Malaka dan Laut Jawa?
5.         Bagaiamana perbedaan masyarakat Islam di kawasan Selat Malaka dan Laut Jawa?
6.         Bagaimana corak kehidupan masyarakat Islam di pesisir dalam aspek ritual keagamaan, budaya, dan sosial?



C.      Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masuknya islam di pesisir dan pedalaman dan perkembangan masyarakat islam dikawasan Selat Malaka dan Laut Jawa













BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Definisi masyarakat pesisir dan pedalaman
Masyarakat pesisir termasuk masyarakat dalam golongan elit, dimana masyarakat tersebut dalam kelompok yang menempati lapisan atas[6], karena kerajaan muncul didaerah pesisir. Nominal dapat terjadi dari golngan aristokrasi, tentara, keagamaan, pedagang, dan plutokrasi. Dalam proses islamisasi justru antara lain melaui perdagangan dan perkawinan antara putri raja dengan beberapa pedagang besar. Dilain pihak raja yang menkahi pribumi termasuk dalam golongan-golongan elit dari mancanegara. Dalam golongan elit mempunyai pengaruh terhadap penguasa atau raja. 
Dalam masyarakat kota pusat kerajaan seringkali adanya golongan keagamaan yang menempati posisi sosial tinggi. Mereka ini terdiri dari beberapa ulama, orang-orang yang diangggap wali.
Sedangkan masyarakat pedalaman termasuk dalam golongan nonelit. Dimana masyarakat tersebut kelompok yang menempati lapisan bawah, seperti agraris (petani)[7]
Demikian golongan elit dengan lapisan yang berjumlah sangat kecil dibandingkan dengan golongan penduduk nonelit. Tetapi bagaimanapun tetap ada hubungan kepentingan masing-masing dibidang sosial ekonom dan politik bahkan kepentingan keagamaan.







B.       Ciri-ciri dan katararistik masyarakat pesisir dan pedalaman
a.    Ciri-ciri masyarakat pesisir dan pedaleman
1.    Ciri-ciri masyarakat pesisir
a)         Masyarakat pesisir pada umumnya bermata pencarian dari sumber daya kelautan, seperti : nelayan, pedagang, dan lain-lain
b)        Hubungan sosial antar masih sangatlah kuat
c)         Sumber daya laut merupakan potensi yang paling utama dalam masyarakat pesisir. Pada umumnya apabila produktivitas seorangg nelayan sangat meningkat sehingga daya masyarakat semakin besar, begitupun sebaliknya.
d)        Dari aspek pengetahuan, pengetahuan masyrakat pesisir lebih dominan pada pengetahuan nenek moyang.
2.    Ciri-ciri masyarakat pedalaman
a)         Masyarakat pedalaman dekat dengan alam
b)        Ikatan keluarganya sangat erat (adanya gotong royong)
c)         Sistem perekonomiannya agraris
d)        Proses sosialnya berjalan secara lambat
e)         Kurangnya penddikan
b.    Karakteristik masyarakat pesisir dan pedaleman
1.    Karakteristik masyarakat pesisir
a)         Sebagian besar msyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan
b)        Nelayan apabila berlayar tergantung pada musim
c)         Istri dan anak ikut membantu, membantu dalam hal berdagang
2.    Katateristik masyarakat pedalaman
a)         Sebagian besar masyarakat pedaleman berprofesi sebagai petani
b)        Sisitem kekeluargaan ya sangat kuat
c)         Masyarakat pedalaman memiliki sifat yang sama dalam hal agama, adat istiadat, dan kebudayaan



BAB III
PEMBAHASAN

A.      Proses masuknya Islam di kawasan pesisir Indonesia
Kedatangan Islam dan prosesnya sejak abad-abad ke- 7 Masehi masih terbatas didaerah sekitar perairan Selat Malaka. Kedatangan Islam ke daerah-daerah pesisir lainnya di kepulauan Indonesia juga melalui jalan pelayaran dan perdagangan. Akibat hubungan lalu lintas melalui selat Malaka dengan Samudra Pasai sebagai salah satu pusat persinggahannya maka sampailah islam ke bagian semenanjung Melayu yaitu ke Trengganu dimana ditemukan batu bertulis dengan huruf Arab-Melayu (jawi) 1303 M. Bahasanya melayu campur sangsekerta dan Arab. Batu bertulis merupakan bukti yang tidak dapat dipungkiri lagi tentang kedatangan dan tumbuhnya masyarakat muslim di daerah itu pada abad ke-14M . muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan bahkan pada awal abad ke 15 terbentuklah kerajaan bercorak islam di daerah itu yang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara. [8]
Kondisi semacam ini  memaksa beberapa pakar untuk memunculkan teori-teori dalam kaitannya dengan islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia . paling tuudak ada empat teori yang dimunculkan” teori Arab,persia,teori Cina,teori India. Dia mengatakan bahwa Islam yang datang ke Indonesia bukan berasal dari Arab atau Persia secara langsung tetapi berasal dari india. Teori tersebut kemudian direvisi oleh Christian Snouck Hurgronje bahwa Islam yangtersebar di Hindia Belanda berasal wilayah Malbar dan Coromandel kota-kota pelabuhan di India selatan. [9]
Jalan Pelayaran dan perdagangan orang-orang Muslim melalui Selat Malaka dengan pusatnya ialah Samudra Pasai dan Malaka dilanjutkan ke pesisisr-pesisir kepulauan lainnya. Dengan adanya temuan sebuah nisan kubur dari Leran di Kabupaten Gersik yang memuat nama Fatimah Binti Maimun bin Hibat Allah, wafat tahun 475 H. Maka terbukti pesisir utara Jawa Timur pada abad ke-11M sudah didatangi orang-orang muslim . orang-orang muslim tersebut mungkin berasal dari salah satu negeri di timur Tengah dari abad ke-11-13 M. Kedatangan orang-orang Muslim di Pesisir Utara Jawa dari bagian Timur sampai ke bagian Barat secara terus menerus baru sejak abad-abad ke-14, 15 M, mereka berasal dari Arab, Persia, India dan orang-orang muslim dari Samudra Pasai, Malaka. Sebaliknya pedagang dari Jawa berkunjung ke Malaka dan juga Samudra Pasai. Malaka berhubungan bukan hanya dengan beberapa pelabuhan di Pesisir Utara Jawa seperti Tuban,gersik, tetapi juga dengan pelabuhan-pelabuhan di Pesisir Utara Jawa barat seperti Cirebon,Indramayu,Banten. [10]
Kedatangan Islam serta proses penyebarannya di Pesisir Utara Jawa Timur sejalan dengan situasi dengan kondisi politik Majapahit waktu itu yang mulai mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan di kalangan keluarga raja-raja sendiri, dari pesisir Utara Jawa pedagang-pedagang Muslim itu juga mendatangi tempat-tempat perdagangan di Indonesia bagian Timur yaitu pulau-pulau Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Sumber-sumber tradisional setempat menceritakan bahwa sejak abad ke-14 M daerah Maluku sudah di datangi orang-orang Muslim.[11]Apabila diperjalanan orang-orang Muslim dari Malaka ke Maluku pertama kalinya melalui Pesisir Utara Jawa maka baru kemudian melalui Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. [12]
Kedatangan Islam di Pesisir-pesisir kepulauan Indonesia mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan karena itu pula maka peranan golongan pedagang pedagang muslim dari Arab,Persia,India dan lainlain. Para pedagang Muslim itu apabiladatang di suatu tempat perdagangan mereka mungkin tidak segera kembali ke tempat asal dan untuk kembali membawa hasil bumi atau produksi yang tergantung pada musim, maka terpaksa mereka harus bertempat tinggal beberapa bulan. Pedagang-pedagang itu lambat laun berkumpul dalam suatu perkampungan tersendiri. Perkampungan semacam itu sering disebut pakojan yang berarti Perkampungan Kaum muslim yang berasal dari Persia India, Arab seperti terdapat pada bekas kota-kota Muslim di Banten, di Jakarta dan lain-lainnya. Lambat laun terjadi hubungan antara kelompok-kelompok mereka dengan masyarakat Indonesia setempat. Dengan demikian akan terjadilah proses islamisasi lebih-lebih jika di antara penduduk setempat terjadi perkawinan sehingga terbentuklah keluarga Muslim yang makin lama makin lebih besar menjadi masyarakat Muslim. [13]
Karena kedatangan orang-orang muslim mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan maka tempat-tempat yang dituju kebanyakan terletak di pesisir-pesisir. Tempat itu ada yang sudah tumbuh sebagai kota-kota pelayaran-pelayaran sebelum Islam, dan pula tempat-itu ada yang sudah tumbuh sebagai kota-kota pelayaran sebelum Islam, dan ada pula tempat-tempat yang belum berfungsi sebagai kota-kota. Melalui proses Islamisasi terbentuklah kota-kota bercorak Islam. Akibat proses penyebaran Islam di daerah-daerah sepanjang Selat Malaka maka kecuali Aceh tumbuhlah pula kota-kota pesisir seperti Pedir, Aru, Malaka. Kota-kota disamping itu tumbuh sebagai kota pusat pelayaran dan perdagangan disamping sebagai pusat politik kerajaan sejak awal abad ke 15 M. Begitu pentingnya fungsi Malaka sebagai pusat pelayaran dan perdagangan sehingga menarik perhatian orang-orang Portugis, orang-orang Belanda untuk menguasainya. [14]

B.       Perkembangan masyarakat islam dikawasan selat malaka dan laut jawa

Islam datang ke nusantara melalui pesisir kemudian masuk ke pedalaman. Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi di sekitar Samudra Indonesia. Kedatangan islam dan prosesnya sejak abad ke 7 M sampai abad ke 13 M masih terbatas didaerah sekitar perairan selat malaka[15]. Kedatangan islam didaerah pesisir melalui jalan pelayaran dan perdagang. Akibatnya pedagang muslim dari Arab, Persia, India dan lain-lain, tidaklah sedikit dalam proses penyebaran islam. Awal mulanya mereka hanya bertujuan untuk berdagang tetapi berikutnya mereka sambi menyebarkan ajaran-ajaran agama islam. Para pedagagang muslim tersebut apabila datang disuatu tempat perdagangan mereka tidak segera untuk kembali ke tempat asalnya, melainkan mereka menetap untuk sementara sampai barang dagangannya habis terjual ditempat tersebut. Ditambah untuk kembali ke daerah asal mereka harus menunggu waktu pelayaran yang bergantung pada musim, maka pada saat itulah mereka terpaksa untuk tinggal beberapa bulan.  
Jalan pelayaran dan perdaganagan orang-orang muslim melalui selat malaka dengan pusat-pusatnya ialah samudra pasai dan malaka dilanjutkan ke pesisir-pesisir kepulauan lainnya. Dengan adanya temuan sebuah nisan kubur dari Leran Kabupaten Gresik yang memuat nama fatimah binti maimun bin hibat allah. Wafat tahun 475 H (1082 M ) maka terbukti pesisir utara jawa timur pada abad ke 11 M, sudah didatangi orang-orang muslim. Orang-orang muslim tersebut mungkin berasal dari slah satu negri ditimur tengah karena bentuk huruf pada nisan leran itu kuflik ornamental yang berkembang ditimur tengah dari abad ke 11-13 M[16].
Pada akhir abad ke-12, dipantai timur sumatra terdapat negara islam bernama perlak kemudian nama tersebut dijadikan peurlak didirikan oleh para pedagang asing dari mesir, abad ke-12. Pendirinya adalah orang arab keturunan Quraisy. Pedagang itu kawin dengan putri bumi keturunan perlak. Dan dikaruniai seorang putra yangg bernama Sayid Abdul Azis. Sayid Abdul Aziz merupakan sultan pertama dikerajan perlak. Nama ia diganti menjadi Aladdin Syah, lebih dikenal oleh kalangan masyarakat dengan sebutan Sultan Aladdin Syah. Sultan beragama islam aliran syi’ah.
Aliran syi’ah dibawa oleh pedagang Gujarat, Persi, dan Arab. Pada awal permulaan abad ke-12 ke pantai timur sumatra, terutama ke negara perlak dan negara pasai,dan mendapat dkungan dinasti Fathimiah di Mesir. Syi’ah artinya partai atau golongan sebutan ini digunakan oleh para pengikut Ali yang berpendapat bahwa Khalifah hanya dapat diwarisi oleh Ali dan keturunannya[17].

C.      Perbedaan masyarakat Islam di kawasan Selat Malaka dan Laut Jawa
a.         Masyarakat Pesisir dan Pedalaman di Selat Malaka
Kedatangan Islam dan prosesnya sejak abad-abad ke- 7 Masehi masih terbatas didaerah sekitar perairan Selat Malaka. Kedatangan Islam ke daerah-daerah pesisir lainnya di kepulauan Indonesia juga melalui jalan pelayaran dan perdagangan. Akibat hubungan lalu lintas melalui selat Malaka dengan Samudra Pasai sebagai salah satu pusat persinggahannya maka sampailah islam ke bagian semenanjung Melayu yaitu ke Trengganu dimana ditemukan batu bertulis dengan huruf Arab-Melayu (jawi) 1303 M. Bahasanya melayu campur sangsekerta dan Arab. Batu bertulis merupakan bukti yang tidak dapat dipungkiri lagi tentang kedatangan dan tumbuhnya masyarakat muslim di daerah itu pada abad ke-14M . muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan bahkan pada awal abad ke 15 terbentuklah kerajaan bercorak islam di daerah itu yang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara[18]
Beralihnya jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan dari sisi barat ke sisi Timur Selat Malaka menyebabkan beralihnya pula pangkalan-pangkalan pelayaran dan perdagangan dari pantai timur Sumatera ke pantai barat Semenanjung Malakan sejak abad ke 15. Maka beridirlah disini kota Malaka. Kota ini dibangun oleh Prameswara. Dalma waktu yang relatif singkat Kota Malaka telah berkembang menjadi kota Internasional. Jatuhnya Malaka ke tangan Portuis pada 1511 menyebabkan timbulnya jalur lalu lintas pelayaran dan perdagnagan baru ialah  melalui perairan pantai barat Suamtera dan Selat Sunda, karena pedagang-pedagang Islam tidak mau lagi berlayar melalui selat Malaka. Hal ini menguntungkan Aceh, maka kota Aceh berkembang dengan cepat. [19]
Antara kota-kota pesisir dan kota-kota pedalaman terdapat beberapa perbedaan. Kota-kota pesisir lebih bersifat maritim dan lebih menitikberatkan kehidupan ekonominya pada pelayaran dan perdagangan, sedang kota-kota  pedalaman lebih bersifat kontinetal dengan titik berat kehidupan ekonominya pada pertaniann(agraris). Apabila kehidupan politik kota-kota pesisir lebih didukung oleh kekuatan angkatan lautnya, maka kehidupan poltik kota-kota pedalaman lebih mengandalkan kekuatan angkatan daratnya. [20]

b.         Masyarakat pesisir dan pedalaman di Jawa
Pusat-pusat kerajaan di Jawa di pedalaman maupun kota-kota perdagangan di pesisir dibangun bedasarkan konsepsi kota yang sama. Dari konsep dasar yang sama ini berkembanglah dua tipologi kota di  Jawa, yaitu pusat-pusat kerajaan yang homogen dan sakral, dan kota-kota perdagangan yang sifatnya hetrogen dan profaan. Dibahas dari segi geografis kultural dan geografis ekonomis kota-kota Jawa di masa prakolonial dapat dikelompokan menjadi dua jenis. Jenis pertama ialah kota-kota perdagangan di daerah pesisir, sedangkan jenis kedua ialah pusat-pusat kerajaan yang bersifat sakral yang berada di tengah pedalaman yang agraris.[21]
Khusus islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis besar membedakan tiga tahap dalam peresapan Islam di wilayah ini.
1.             berlangsungnya islamisasi wilayah pantai utara melalui  pelabuhan perdagangan yang sejak abd ke 15 memainkan pernanan yang makin penting.
2.             Merembesnya islam ke daerah pedalaman yang secara berangsur-angsur memunculkan semacam borjuis islam di pedalaman.
3.             Terbentuknya jaringan islam pedesaan dengan peran penting yang dimainkan oleh pesantren dan tarekat, pada gilirannya perkembangan semacam ini memungkinkan bagi kelangsungan struktur yang sudah ada dimasa hindia Belanda sejak abad ke-19. [22]
Jauh sebelum Jawa secara kultural menjadi kesatuan yang homogen, permukiman penduduk tumbuh sendiri-sendiri, baik dipedalaman maupun pesisir. Ketika teknologi pelayaran mulai berkembang maka permukiman di pesisir lambat laun terlibat dalam proses perkembangan maritim di Asia Tenggara. Sebaliknya hubungan antara dataran-dataran yang subur di pedalaman satu dengan yang lain tetap terbatas melalui jalan-jalan tembusan melalui lembah-lembah. hubungan melalui sungai selatan terbatas hanya dalam musim hujan juga terbatas antara daerah daerah tertentu saja, yaitu sepanjang bengawan solo dan sungai berkembang di”Natural area of Habitation” melalui suatu proses yang bersifat autarki. Hubungan dengan daerah permukiman alam yang lain ataupun dengan daerah pesisir hanya bersifat marginal. [23]
Jalan-jalan tembusan yang melewati lembah-lembah sempit juga merupakan tempat-tempat strategis untuk mendirikan gerbang-gerbang penarikan bea dan pos penjagaan. Kebanyakan jalan-jalan tembus di antara pegunungan itu bila musim hujan tidak berfungsi. Situasi infrasturutur yang begitu buruk itu menyebabkan kerajaan-kerajaan kecil di Jawa sulit berkembang. Untuk memperluas daerah kekuasaan kaum penguasa membutuhkan aparatur negara yang terorganisasi dengan baik. Sebuah aparatur selain harus mengurus administrasi juga harus dilengkapi dengan prajurit-prajurit, pelaut dan ahli pertukangan, pedagang dan sebagainya. Selain itu sebagai masyarakat  yanghasil utamanya dari pertanian, negara selalu berusaha membuka daerah-daerah pertanian.[24]
Kedatangan islam serta proses penyebarannya di pesisir Utara Jawa Ttimur sejalan dengan situasi kondisi politik Majapahit waktu itu yang mulai mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan dikalangan keluarga raja-raja sendiri. Dari pesisir utara Jawa pedagang-pedagang muslim itu juga mendatangi tempat-tempat perdagangan di Indonesia bagian Timur yaitu pulau-pulau Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya. [25]
Kemunculan serentak di banten dan Cirebon merupakan salah satu  peristiwa yang paling menonjol dari sejarah Jawa masa itu. Menurut laporan Pyrad de Laval yang pada 1609 singgah di Banten, bahwa kota ini memilki penduduk yang cukup padat.kota ini dikelilingi oleh tembok setebal kurang lebih dua kaki. Kota ini juga dikunjungi banyak bangsa. Disana terjadi tukar menukar dan perdagangan berbagai macam orang asing.[26]

Pesisir
Pedalaman
Bersifat Maritim
BersifatKontinetal
Ekonomi: pada pelayaran dan perdagangan
Ekonominya pada pertanian (agraris)
Politik: didukung oleh kekuatan angkatan laut
Politik : mengandalkan angkatan darat


D.      Corak kehidupan masyarakat Islam di pesisir dan pedalaman dalam aspek ritual keagamaan, budaya, dan sosial
Dalam uraian tetang kota dan bagian-bagiannya telah dibicarakan lokasi tempat peribadatan yang disebut masjid. Letak bangunan tersebut biasanya disebelah barat alun-alun dan tidak terpisahkan dari komponen sisi tata kota inti dimana terdapat keraton. Kecuali bangunan yang disebut masjid di beberapa kota terdapat pula surau, tajug, langgar atau meunasah yang dipakai sebegai tempat peribadatan umum yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang makin lama makin berkembang[27]. Mesjid merupakan tempat beribadah bagi orang yang beragama islam. Masyarakat islam mempercayai bahwa mesjid adalah tempat yang paling suci.
Dalam kehidupan masyarakat kota, terutama yang berfungsi sebagai pusat kerajaan, upacara-upacara yang bersifat keagamaan dan bersifat umum serta berhubungan dengan kerajaan, telah menjadi adat istiadat[28].
Dimasyarakat pesisir dan pedalaman masih mempercayai hal-hal yang mistis seperti membuang sesajen (bunga, hasil bumi, kepala kerbau, dll). Sehingga mucullah pembaharu islam dengan tokoh yang bernama Ahmad Dahlan yang menghilangkan TBC (tahayul, bid’ah, kurofat). Dengan cara memurnikan islam dengan cara menghilangkan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

§  Daliman, Ahmad. 2012. Islamisasi dan perkembangan kerajaan islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

§  Huda nor. 2015.Sejarah sosial  Intelektual Islam di Indonesia.Depok:Grafindo
§  Tjandrasasmita, Uka.2000.Kota-Kota Muslim di Indonesia.Menara Kudus:Jakarta
§  Handinoto.2015.Perkembangan Kota di Jawa.Yogyakarta:Ombak
§  Nugroho.2008. Sejarah Nasional Jilid III.jakarta:Balaipustaka.
§  Muljana, Slamet. Runtuhnya kerajaan hindu-jawa dan timbulnya negara-negara islam di nusantara. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta.



[1] A.Daliman.Islamisasi dan perkembangan kerajaan islam di Indonesia.(yogyakarta,ombak.2012). Hlm. 68
[2] Nugroho. Sejarah Nasional Jilid III. (jakarta:Balaipustaka,2008). Hlm 161
[3] Ibid., Hlm. 164.
[4] Uka Tjandrasasmita.2000. Kota-Kota Muslim di Indonesia.Jakarta: Menara Kudus , Hlm.19.
[5] Daliman.Islamisasi dan perkembangan kerajaan islam di Indonesia.(yogyakarta,ombak.2012). Hlm 69
[6] Uka Tjandrasasmita.2000. Kota-Kota Muslim di Indonesia.Jakarta: Menara Kudus , Hlm. 97
[7] Uka Tjandrasasmita. Ibid. Hlm.105
[8] Uka Tjandrasasmita. 2000.Kota-Kota Muslim di Indonesia. Jakarta : Menara Kudus..  Hlm.19
[9] Nor Huda.2015.  Sejarah sosial  Intelektual Islam di Indonesia.(Depok: Grafindo. Hlm 2
[10]Uka Tjandrasasmita Ibid., hlm. 21
[11] Ibid 23
[12] Ibid 27
[13] Ibid 30
[14] Ibid 37
[15] Uka Tjandrasasmita.2000. Kota-Kota Muslim di Indonesia.Jakarta: Menara Kudus , Hlm. 19
[16] Uka Tjandrasasmita. Ibid, Hlm. 21
[17] Slamet, Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Jogjakarta : LkiS Jogyakarta. Hlm. 155
[18] Uka Tjandrasasmita 2000.Kota-Kota Muslim di Indonesia. Jakarta : Menara Kudus.  Hlm.19
[19] A.Daliman.2012 Islamisasi dan perkembangan kerajaan islam di Indonesia. Yogyakarta : ombak. Hlm 68
[20] Ibid 69
[21] Handinoto 2015.Perkembangan Kota di Jawa.Yogyakarta : Ombak,. Hlm. 1
[22] Nor Huda.2015 Sejarah sosial  Intelektual Islam di Indonesia.Depok : Grafindo. Hlm 6
[23] Handinoto. 2015.Perkembangan Kota di Jawa.Yogyakarta : Ombak. Hlm.2
[24] Ibid 5
[25] Uka Tjandrasasmita. 2000.Kota-Kota Muslim di Indonesia. Jakarta : Menara Kudus.  Hlm.23
[26] Nor Huda.2015. Sejarah sosial  Intelektual Islam di Indonesia.Depok : Grafindo. Hlm 23
[27] Uka Tjandrasasmita.2000. Kota-Kota Muslim di Indonesia. Jakarta : Menara Kudus..  Hlm.19
[28] Uka Tjandrasasmita. Ibid. Hlm. 175
 


1 komentar:

  1. HAMZANWADI PENERUS PARA ULAMAK TERDAHULU YANG MENGHABISKAN WAKTUNYA HANYA MENYEBARKAN ISLAM MELLUAI WADAHN NAHDLATUL WATAHAN

    BalasHapus