Laman

Rabu, 20 April 2016

Makalah Pengantar Ilmu Sosial

MAKALAH
AUGUSTE COMTE dan EMILLE DURKHEIM
Dosen                 : Dr. Desvian Bandarsyah M. Pd
Asisten Dosen    : Okta Evitasari, S.Pd

KELOMPOK 1
Rifaatul Puadah           (1501075026)
Alma Hanafiah            (1501075002)
Syafitri                         (1501075029)
M. Iqbal Wiguna         (1501075016)
Firman Ferdiantara      (1001085009)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
2015






KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Konsep Pemikiran Emile Durkhiem dan August Comte”. Dan kami juga berterima kasih kepada bapak Dr. Desvian Bandarsyah M.Pd  selaku dosen mata kuliah ilmu pengantar social.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang filsafat-filsafat. Kami juga nmenyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kta sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami minta maaf apabila terdapat kesalahan lkata-kata yang kuranmg berkenna dan kami mohpon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.









i




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG………………………………………………1
1.2  RUMUSAN MASALAH…………………………………………...2
1.3  TUJUAN…………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 RIWAYAT DAN PEMIKIRAN AUGUST COMTE
A. RIWAYAT AUGUST COMTE…………….………………..3-4
B. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN AUGUSTE COMTE………….4-10
2.2 RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE DURKHIEM
A. RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE DURKHIEM ……11-13
B. TEORI BUNUH DIRI ………………………………………14-15
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN………………………………………………….16
3.2 SARAN………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..17


ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Mempelajari sosiologi tidak akan terlepas dari tokoh utama sekaligus pencetus sosiologi yaitu Auguste Comte, seorang filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka dari kota Montpellier, Perancis Selatan. Auguste Comte telah banyak menyumbangkan pemikiran-pemikirannya terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Secara kreatif beliau menyusun sintesa yang bertentangan dari pikiran yang sudah dikembangkan oleh orang lain. Pemikiran yang dia hasilkan yaitu salah satunya teori positivisme yang menggunakan metode ilmiah dan diaplikasikannya dalam ilmu sosial yaitu dalam ilmu kemasayarakatan sehingga lahirlah sosiologi. Demikian Durkheim dianggap sebagai “bapak” sosiologi modern, karena usaha-usahanya menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang baru. Ia percaya bahwa masyarakat dapat dipelajari secara ilmiah. Ia menolak pendekatan individual dalam memahami fenomena dalam masyarakat dan lebih memilih pendekatan secara sosial. Oleh karena itu ia juga berusaha memperbaiki metoda berpikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pada pemikiran-pemikiran logika filosofi tetapi sosiologi.  Menurut Durkheim, masyarakat dibentuk oleh “fakta sosial” yang melampaui pemahaman intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering Dianggap sebagai “bapak” sosiologi (Gouldner, 1958).

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana riwayat Auguste Comte dan pemikiran-pemikirannya?
2.      Bagaimana pemikiran Auguste Comte mengenai agama humanitas?
3.       Bagaimana implementasi pemikiran Comte dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 TUJUAN
a. Memenuhi tugas mata kuliah ilmu pengetahuan sosial
b. Mengetahui biografi august comte dan emile durkhiem
c. Mengetahui teori pemikiran-pemikiran august comte dan emile durkhiem















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Riwayat Auguste Comte dan Pemikiran Auguste Comte
A. Riwayat Auguste Comte
Sosiologi pada awalnya tumbuh dari gejolak sosial yang terjadi pada revolusi Perancis yang dikemukakan oleh Auguste Comte. Auguste Comte lahir pada (1798-1857) di Kota Monpellier di Perancis Selatan, Kedua orang tuanya adalah pegawai kerajaan dan penganut Agama Katholik yang shaleh. Pada usia 16 tahun Comte pindah ke Paris masuk ke sekolah politeknik studi keinsinyuran. Selama menjalani pendidikan, Comte tidak saja menunjukkan sebagai seorang yang berpikiran bebas, akan tetapi juga seorang yang memiliki keistimewaan untuk tidak mau dibawah orang lain. Dia sangat kritis terhadap mahagurunya, dia sering mengajukan petisi apabila melakukan kesalahan. Sikapnya yang demikian dikeluarkan dari sekolah dan kembali ke kota asalnya Monpellier, sekalipun di tidak betah lama disana dan kembali ke Paris. Dua tahun setelah kembali ke Paris dia bertemu dengan Saint Simon yang kelak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dirinya. Ketika dalam perjalanan hidupnya dia berdebat setelah menyelesaikan monograf berjudul The Secientific Lobors Necessary for The Reorganisazion of Society pada tahun 1822 dan diterbitkan ulang pada 1824 dengan judul
 yang berbeda, pada saat diterbitkan Comte menuduh Saint Simon mencuri ide-idenya. Setelah Saint Simon meninggal, karya Comte terbesar adalah  A courese of Positive Phylosophy.
B. Pemikiran-pemikiran Auguste Comte
Auguste Comte dibesarkan dalam tahun-tahun setelh revolusi Perancis dan jelas-jelas dipengaruhi oleh radikalisme dan keresahan masa itu. Sumber lain yang menjadi latar belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Prancis pada abad ke-18, yaitu paham ensiklopedis meskipun dia kelak keluar dari aliran ini. Latar belakang lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli theokratik terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Serta latar belakang pemikiran Comte yang terakhir adalah aliran sosialistik yang terutama diprakarsai Saint Simon, Comte disatu pihak akan membangun ilmu pengetahuan sosial, dan dipihak lain akan membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat secientific. akibat dari latar belakang di atas Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu social statis dan social dinamis. Sosial statis di sisni adalah sebagai suatu tentang hokum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Pada dasarnya sosial statis merupakan hasil suatu pertumbuhan.



Comte berpendapat yang terpenting dari sosiologi adalah sosial dinamis yaitu teori yang menyatakan perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia yang menghilangkan studi tentang sejarah filsafat yang spekulatif.
Namun pembagian tersebut bukan berarti memisahkan satu dengan yang lainnya dimana sosial statis menghasilkan pendekatan yang elementer, akan tetapi itu semua tidak akan terjadi tanpa memahami itu sebagai hasil suatu perkembangan (sosial dinamis).
a.       Social Media
1.      Hukum tiga tahap
Hukum ini adalah hukum perkembangan intelegensi manusia. Hukum  ini membagi masyarakat membagi dalam tiga tahapan yaitu teologis, metafisis, dan ilmiah (positivisme) dan di dalam tahapan ini masing-masing terdapat bagian sub ordinari yang pertama teologis dibagi menjadi tiga yaitu fetishism, polytheism, dan monoteism. Ketiga tingkatan ini merupakan dasar teori yang dikembangkan oleh Auguste Comte.
2.      Hukum hirarki ilmu
Hukum kedua dari sosial dinamis adalah hierarki dari ilmu pengetahuan dimana dalam pemikiran ini tidak selalu bersifat positive, seringkali masih ada pemikiran teologis.


3.      Hukum korelasi kegiatan praktis
Comte mengemukakan ada hubungan yang bersifat natural antara cara berfikir teologis dan militerisme. Menurut pemikirannnya teologis mendorong timbulnay usaha untuk menjawab semua persoalan melalui kekuatan.
4.      Hukum korelasi perasaan
Dalam hukum ini masyarakat hanya dipersatukan oleh feeling (perasaan), korelasinya antara perkembangan pemikiran manusia dengan perkembangan daripada perkembangan sosial sentiment. Dalam tahapan ini hanya terabatas dalam suatu masyarakat local atau suatu city state. Sosial sentiment berkembang secara meluas seiring dengan perkembangan agama Kristen.
b.      Social Statis
Dalam hal ini, Comte bermaksud mengenai teori tertib dasar masyarakat. Sebagaimana disebut diatas membagi Sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama, sekalipun sosial statis merupakan bagian yang lebih elementer dalam sosiologi. Tetapi kedudukannya tidak begitu penting disbanding dengan sosial dinamis. Fungsi sosial statis untuk mencari hukum-hukum dari bagian didalam suatu sistem sosial.



1.      Doktrin Individu
Individu adalah cerminan dari suatu masyarakat. Jadi jika kita menghilangkna dari sesuatu individu sama saja kita menghilangkannya dari masyarakat.
2.      Doktrin Keluarga
Keluarga adalah unit masyarakat yang sebenarnya, keluarga terbentuk melalui insting dan daya tarik alamiah natural affection.
3.      Doktrin Masyarakat
Keluarga menurut Comte bukanlah masyarakat namun masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas yang terdiri dari sejumlah esa keluarga.
4.      Doktrin Negara
Comte menganggap bahwa negara dan masyarakat itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurutnya negara adalah bentuk khusus dari asosiasi atau organisasai sosial.
Dari semua pembahasan tadi dapat ditarik bahwa sosiologi bersumber dari filsafat positif terutama perkembangan pengetahuan manusia sehubung dengan perkembangan pemikirannya.
Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya tentang Teori Tiga Tahap Perkembangan
Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a.       Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala.
b.      Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c.       Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
B. Pemikiran Auguste Comte mengenai agama humanitas
Seiring dengan observasi yang dilakukan oleh Comte dalam mencari jalan tengah dia selalu bersentuhan dengan perang terus menerus dan individualitas pada zaman revolusi Perancis, hal itu semakin menentukan arah pemikiran Comte. Pendobrakan dilakukan Comte terhadap realitas sosial yang terus mencoba menghegemoni umat manusia pada zamannya melalui institusi gereja, hal yang kudus dan ketabuan yang dibuat oleh manusia (khususnya, pastur/pendeta/pemuka agama) mendapatkan kritik keras karena menjajakan doktrin, dogma dan  melakukan pembodohan yang berakibat, yang kaya tetap kaya lalu yang miskin akan tetap miskin
Begitupun kesatuan organis terkecil di masyarakat,, mempengaruhi Comte sebagai institusi yang dapat meradiasi pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam pembentukan sosial orde pada masyarakat luas. Comte mulai merilis suatu pola dan bentuk penyebaran dari satu sosial orde yang sangat mempengaruhi umat manusia dan kemudian menciptakan agama baru yang sesuai dengan idealismenya yaitu berbentuk agama yang dapat dikatakan sekuler dan lengkap bersama ritus, hari rayanya, pemuka agama serta lambangnya, yang kemudian dinamakn agama humanitas. dimaksudkan untuk memberikan cinta yang lebih terhadap manusia-manusia yang menghasilkan karya dalam sejarah perkembangan manusia.
C. Implementasi dalam kehidupan sehari-hari
Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual.
Menurut Comte setiap ilmu memberikan sumbangan bagi filsafat positif
a.       Ilmu-ilmu diatur sesuai dengan urutannya dalam memberikan sumbangan bagi positivisme: 1. Matematika (arithmatika, geometri, mekanika), 2. Astronomi, 3. Fisika, 4. Kimia, 5. Biologi, 6. Sosiologi, 7. Etika.
  1. Sosiologi adalah ilmu yang lebih komplek dan bergantung pada ilmu-ilmu yang mendahului, khususnya biologi dengan pengenalannya atas benda-benda organic.
  2. Psikologi, etika dan ekonomi tidak dapat terpisah dari sosiologi.
Jadi bahwa positivisme itu sangat membantu dalam proses keilmuan khususnya dalam bidang yang bersifat fisik, (fakta) karena dengan positivisme ilmu dapat memiliki peranya dan menemui keaktualan suatu ilmu, dan ilmu itu bersifat behavioral., operasional dan kuantitatif
Contoh : metode positivisme penggunakannya di dalam masysarakat sangat luas terutama untuk penelitian sosial. Metode positivisme di masyarakat di kenal dengan metode survei.
Teologis
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.

Metafisik
Contoh: sebagian masyarakat Indonesia sudah menghilangkan kepercayaan akan hal-hal yang berbau mistis seperti
Positivis
Contoh: masyarakat sudah mulai berfikir rasional, seperti  semua mempercayai apabila ada faktanya. 





2.1 RIWAYAT DAN PEMIKIRAN EMILE DURKHIEM
A. RIWAYAT EMILE DURKHIEM
Emile Durkheim lahir di Epinal, provinsi Lorraine, Perancis Timur pada 15 April 1858. Durkheim boleh disebut sebagai sosiologi Perancis pertama yang sepanjang hidupnya menempuh jenjang ilmu sosiologi yang paling akademis. Dialah yang juga memperbaiki metode berfikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar katanya apabila mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.
Dia dilahirkan dalam keluarga agamis namun pada usia belasan tahun minat terhadap agama lebih akademis daripada teologis. Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya gagal dalam ujian masuk. Di Universitas tersebut dia merupakan mahasiswa yang serius dan kritis, kemudian pemikiran Durkeim dipengaruhi oleh dua orang profesor di Universitasnya itu (Fustel De Coulanges dan Emile Boutroux).
Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887. Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) disamping prestasinya sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah di bidang akademik karena prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universitas Bourdeaux.
Tahun 1893 Durkheim menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa perancis yaitu The Division of Labour in Society dan tesisnya dalam bahasa Latin tentang Montesqouieu. Kemudian tahun 1895 menerbitkan buku keduanya yaitu The Rules of Sociological Method. Tahun 1896 diangkat menjadi professor penuh untuk pertama kalinya di Prancis dalam bidang ilmu sosial. Tahun 1897 menerbitkan buku ketiganya yang berjudul Suicide (Le-Suicide) dan mendirikan L’Anée Sociologique (jurnal ilmiah pertama tentang Sosiologi). Tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne dan tahun 1906 dipromosikan sebagai profesor penuh dalam ilmu pendidikan. Enam tahun keudian (1912) menerbitkan karya keempatnya yaitu The Elementary Forms of Religious Life. Satu tahun setelahnya (1913) kedudukannya diubah menjadi professor ilmu Pendidikan dan Sosiologi. Pada tahun ini Sosiologi resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis.
Tahun 1915 Durkheim mendapat musibah, putranya (Andre) cedera parah dan meninggal. Pada 15 November 1917 (pada usia 59 tahun) Durkheim meninggal sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah dia mendirikan dasar Sosiologi ilmiah.

1.      Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
1.      Solidaritas mekanis
2.      Solidaritas organik
Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method) 
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual
     Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial:
a.       Fakta sosial Material
b.      Fakta sosial Nonmaterial : Moralitas, Kesadaran Kolektif,Reprentasi Kolektif, dan Arus Sosial



B. TEORI BUNUH DIRI
Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam masyarakat:
a. Bunuh Diri dalam Kesatuan Agama. Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya.
b. Bunuh Diri dalam Kesatuan Keluarga. Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri dalam Kesatuan Politik. Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
      Kemudian data tahun 1829-1848 disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan politik. Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam: 
1.                  Bunuh Diri Egoistis.
2.                  Bunuh Diri Altruistis.
3.                  Bunuh Diri Anomic.
4.                  Bunuh Diri Fatalistis.











BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
August Comte lahir di jaman revolusi perancis, dimaan aliran pikiranya dipengaruhi tidak jauh ataupun tidak terlepas dari jamannya. Pemiki. Aliran pisitivisme yang selama ini identik oleh sosok Comte, diman ia  membagai masyarakat menjadi tiga fase, dimaan tahap yaitu teologis, metafisis, dan positivism. Selain itu ia juga membentuk aliran agama yang bersifat humanitas dimana dia lebih mementingkan orang lain daripadi diri sendiri.
Emile Durkheim lahir di Epinal, provinsi Lorraine, Perancis Timur pada 15 April 1858. Durkheim boleh disebut sebagai sosiologi Perancis pertama yang sepanjang hidupnya menempuh jenjang ilmu sosiologi yang paling akademis. Dialah yang juga memperbaiki metode berfikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar.
3.2              SARAN
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih banyak lagi agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang pemikiran – pemikiran yang dikemukakan oleh August Comte dan Emile Durkhiem.

DAFTAR PUSTAKA
·         Doyle P Johnson. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia
·         George Ritzer dan Douglas J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana
·         Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga
·         Damsar 1963. Pengantar Sosiologi Politik . Jakarta : Kencana Prenada Media Group
·         Damsar . dan Indrayani . Pengantar Sosiologi Ekonomi . Jakarta : Kencana Prenada Media Group
·         Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial . Jakarta : Bumi Akasara
·         Pranowo bambang. M. 2013. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Labolatorium Sosiologi Agama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar